Entri Populer

Sabtu, 19 Maret 2011

Budidaya Jamur Tiram

 Popularitas jamur tiram (Pleurotus sp) belum sanggup menandingi jamur merang. Di pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah, kita lebih mudah menjumpai jamur merang daripada jamur tiram. Meski demikian, jamur tiram kini mulai tersedia di sejumlah pasar modern (mali/supermarket). Bahkan sejumlah restoran besar maupun hotel berbintang di Indonesia pun menyediakan menu jamur tiram.

JAMUR tiram tidak hanya memiliki rasa yang lezat, tapi juga mengandung gizi tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan manusia. Menurut penelitian Departemen Sains Kementerian Industri Thailand, jamur tiram mengandung karbohidrat (50,59 %), protein (5,94 %), serat (1,56 %), dan abu (1,14 %), dengan kandungan lemak sangat rendah (0,17 %). Setiap 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 kalori, 8,9 mg kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B1, 0,75 mg vitamin B2, dan 12,40 mg vitamin C.
Hasil penelitian secara klinis menyebutkan, kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol, dan anemia. Senyawa ini juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio, influenza, serta kekurangan gizi.

Dengan tingkat harga yang tinggi (Rp 10.000-Rp 12.000/kg), budi daya jamur tiram mempunyai feasibilitas ekonomi yang lebih baik. Artinya, ia bisa dijadikan usaha sampingan bagi petani, maupun usaha pokok bagi kaum muda yang hingga kini masih menganggur. Sayangnya, masih banyak warga masyarakat yang belum mengetahui keuntungan dari budi daya jamur tiram dan manfaatnya bagi kesehatan manusia. Di Barat, kaum vegetarian menjadikan jamur tiram sebagai salah satu bahan makanan ideal, dan bisa diolah menyerupai daging ayam, daging sapi, atau daging kambing.

Teknik Budi Daya Jamur Tiram

Jamur tiram mudah di budidaya kan, dengan teknik yang hampir sama dengan jamur merang. Untuk mengawalinya, Anda mesti menyiapkan rumah jamur (kumbung) dan media bibit induk (spawn). Kumbung dapat dibuat dari rangka besi, kayu, atau bambu, dengan dinding dan atap terbuat dari plastik. Pada bagian luar kumbung dipasang lagi atap dan dinding dari anyaman bambu, nipah, atau kain yang dapat ditutup-buka, untuk mengatur cahaya matahari yang masuk. Kumbung dilengkapi jendela untuk mengatur sirkulasi udara. Hal ini terkait dengan kebutuhan suhu dan kelembaban udara yang ideal. Di dalam kumbung bisa dibuat dua deret rak (bedengan) bertingkat, sebagai tempat meletakkan ratusan —bahkan ribuan— bag log. Kumbung berukuran 8 x 3 m2, misalnya, bisa menampung 3.000-an bag log.

Bag log bisa dibuat sendiri, bisa juga membeli dari pembudidaya jamur tiram yang sudah berpengalaman. Memang lebih praktis membeli, apalagi harganya relatif murah (Rp 1.100-Rp 2.000). Begitu pula dengan bibit jamur, yang kini dapat dibeli di petani-petani kawakan.
Kalau mau membuat sendiri media bibit, bahan yang bisa digunakan adalah serbuk kayu (hasil gergajian) albasia dan biji millet (pakan burung kenari dan gould amandine), dengan perbandingan 42 % : 42 %. Bahan-bahan pendukung lainnya adalah 14 % bekatul/dedak, 1 % kapur (CaCl3), 1 % gypsum (CaSO4), dan vitamin B kompleks (sedikit saja).

Mula-mula, serbuk kayu dan biji millet dicuci dan direbus selama 30 menit, dengan menggunakan pressure cooker atau panci. Selanjutnya, bahan ditiriskan dengan ayakan. Apabila tak ada lagi air yang menetes, tambahkan bahan-bahan pendukung. Usahakan kadar air dalam bahan tersebut sekitar 45-60 %, sedangkan derajat keasaman (pH) 7.
Adonan segera dimasukkan ke dalam bag log atau polibag. Bisa juga menggunakan wadah lain seperti bekas botol selai atau botol susu. Setiap wadah diisi adonan sebanyak 50-60 %. Media bibit dipadatkan, bagian tengahnya dilubangi dan dipasang mulut cincin paralon, disumbat dengan kapas dan dibalut kertas minyak atau alumunium foil.

Wadah dan isinya (media bibit) disterilisasi dalam autoclave selama dua jam, atau dipasteurisasi delapan jam, pada hari itu juga. Jika menggunakan teknik sterilisasi, maka temperatur autoclave sekitar 121 derajat Celcius (tekanan 1 lb). Kalau menggunakan teknik pasteurisasi, temperatur sekitar 95 derajat Celcius.
Ruang Inkubasi
Apabila proses itu selesai, media bibit didiamkan agar suhunya turun menjadi 22-28 derajat Celcius (biasanya sekitar 8-12 jam). Selanjutnya, melakukan inokulasi pada hari berikutnya. Kapas dan kertas minyak dibuka, masukkan bibit jamur tiram dengan menggunakan stik inokulasi. Setiap botol diisi 2-3 koloni bibit. Tutup lagi dengan kertas minyak, lalu diikat dengan karet gelang.

Bag log yang telah ditanami bibit dipindah ke ruang inkubasi sampai tumbuh misellium jamur. Inkubasi dilakukan di dalam kumbung (rumah/kandang jamur) dengan suhu 22-28 derajat Celcius, tanpa cahaya. Kumbung ini dijaga agar selalu kering dan bersih.

Pertumbuhan misellium berlangsung selama 45 - 60 hari. Jika misellium sudah penuh, ditandai dengan warna putih merata pada bag log, maka pindahkan bag log ke ruang produksi. Buka tutup bag log dan cincin paralon, lalu disusun di rak-rak dalam kumbung khusus produksi tersebut.
Di ruang produksi akan terjadi proses pertumbuhan tubuh buah. Mula-mula, ujung bag log dibuka / disobek. Sekitar tujuh hari kemudian, tubuh buah akan tumbuh, kemudian selama 2-3 minggu berikutnya makin membesar hingga mencapai pertumbuhan optimal atau siap dipanen.

Selama masa pertumbuhan, suhu udara harus dijaga dengan baik pada kisaran 20-22 derajat Celcius dan kelembaban 85- 95 %, melalui teknik pengembunan kumbung. Pada masa ini, intensitas cahaya dalam kumbung sekitar 60-70 %. Siramilah kumbung agar suhu dan kelembaban tetap terjaga.
Panen pertama biasa terjadi setelah 30 hari sejak penyobekan bag log.
Sedangkan pemanenan berikutnya setiap 10-14 hari, selama enam bulan. Tubuh buah yang sudah siap panen harus segara panen agar kualitas jamur baik.

Jamur yang telah dipanen harus dibersihkan akarnya, agar tidak mengundang hama penyakit, lalu disimpan di kantung plastik. Jamur tiram yang berkualitas baik memiliki ciri segar, kering dan tidak pecah. Karena itu, bersihkan jamur dari segala kotoran yang menempel pada tubuh buahnya. Jamur tiram bisa diolah menjadi keripik, pepes, oseng-oseng, sop, soto, dan ’’daging palsu’’. (Dikutip dari : Carita-Net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar